Jumat, 02 Januari 2009

Sang Juara

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab hari ini adalah babab final. Hanya tersisa 4 orang finalis sekarang dan mereka menunjukan setiap mobil mainan yang dimilki. Semuanya buatan sendiri, karena memang itulah peraturannya semua mobil harus dibuat sendiri oleh peserta.

Ada seorang anak bernama Fatih, mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Fatih lah yang paling tidak sempurna dan kurang menarik. Itu semua karena disebabkan karena Fatih adalah anak yang paling sederhana. Sehingga semua peserta menyangsikan ketanguhan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnnya.

Dan tibalah saat yang dinantikan, final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka secepat mungkin. Setiap anak jalur lintasan, telah siap 4 mobil dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun sesaat kemudian, Fatih meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit dan mengadahkan kedua tanngannya seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu semenit kemudian ia berkata, “Ya, aku siap!”

Dor!! Pistol kecil dibunyikan, tanda pertandingan telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat mereka semua mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo..ayo.. cepat..cepat, maju..maju”, begitu teriak mereka. Dan akhirnya tali lintasan finish pun telah dicapai. Dan Fatih lah pemenangnya. Ya semuannya senang, begitu juga Fatih. Ia berucap dan berkomat-kamit lagi dalam hati. “Terima kasih, ya Allah”

Saat pembagian piala tiba, Fatih maju kedepan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

> Panitia : “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Allah agar kamu menang, bukan”

> Fatih : “Tidak Pak, bukan itu yang aku minta dalam doa sebelum lomba tadi. Sepertinya tak adil untuk meminta kepada Allah untuk menolongku mengalahkan orang lain. Itu berarti aku meminta agar teman-temanku kalah dalam pertandingan ini.”

> Panitia : “jika bukan itu yang kamu minta, jadi apa yang kamu minta dalam doa tadi, dapatkah kamu bercerita kepada kita semua”

> Fatih : “aku hanya memohon pada Allah, supaya aku diberi kekuatan dan tidak menangis jika aku kalah dalam pertandingan ini”

Semua penonton di tribun terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, semua penonton berdiri untuk memberi tepuk tangan kepada anak yang bijaksana itu.

Belajar Cinta dari Cicak

Suatu hari ada seorang kakek yang tinggal di negara Jepang sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merobohkan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai roboh, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah surat yang memiliki perekat lem yang kuat.

Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia melihat surat itu, ternyata surat tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.

Orang itu lalu berfikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada surat itu! Bagaimana dia mendapatkan makanan untuk bertahan hidup?

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu. Apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan hidup. Kemudian, entah dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya…. AHHH!

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun. Dan selalu membawakan makanan untuk cicak yang terperangkap itu.

Sungguh ini sebuah cinta, cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? Tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu mengagumkan.

1 Dolar 11 Sen

Saat itu Sally baru berumur 8 tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya yang bernama Georgi. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal mungkin dapat menyelamatkan jiwa Georgi… tapi mereka tidak punya biaya untuk operasi itu

Sally mendengar ayahnya berbisik. “Hanya keajaiban yang dapat menyelamatkan anak-ku sekarang.”

Sally pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan yang ditabungnya selama setahun ini. Lalu ia mengeluarkan semua isi celengan tersebut ke lantai dan menghitung secara cermat… sebanya 3 kali. Nilainya harus benar-benar tepat.

Dengan membawa uang tersebut, Sally diam-diam keluar dan pergi ke sebuah Apotek terdekat. Ia menunggu dengan sabar sampai sang apoteker memberi perhatian kepadanya. Tapi sang apoteker terlalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu oleh seorang anak berusia 8 tahun. Sally berusaha menarik perhatian dengan mengayunkan kakinya, tapi gagal.

Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase, dan berhasil! Sang apoteker menoleh ke arahnya, dan bertanya.

(dengan suara marah apoteker bertanya)
> Apoteker : Apa yang kamu perlukan nak? Aku sedang sibuk mengurusi semua pelanggan.

> Sally : Aku ingin berbicara kepadamu mengenai keadaan adik-ku. Dia sekarang sedang sakit dan saya ingin membeli sebuah keajaiban.

> Apoteker : Apa yang kamu katakan?

> Sally : Ayahku mengatakan hanya keajaiban yang dapat menyelamatkan jiwa adikku sekarang. Jadi berapa harga keajaiban itu ?

(sambil tersenyum apoteker itu menjawab)
> Apoteker : Disni kami tidka menjual keajaiban adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu.

(dengan raut wajah yang serius Sally berkata)
> Sally : Dengar, aku mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa harganya?

Di sela-sela perbincangan antara Sally dan Apoteker, ternyata ada seorang pria berpakaian rapih mendengar perbincangan sally dan ia bertanya
> Pria Itu : Maaf nak aku menyela pembicaraan kalian, jika saya boleh tau keajaiban apa yang dibutuhkan oleh adikmu?

(Air mata mulai menetes di pipi Sally)
> Sally : Aku tidak tahu, yang aku tahu di sakit parah dan mama mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi. Tapi kedua orang tua-ku tidak mampu membayarnya. Tapi aku juga mempunyai uang.

> Pria Itu : Berapa uang yang kamu punya, nak?

(dengan Bangga dan yakin sally menjawab)
> Sally : 1 Dolar 11 sen, pak! Dan itulah seluruh uang yang sekarang aku miliki di dunia ini. (sebenarnya biaya operasi saat itu mungkin mencapai ribuan dollar)

(sambil tersenyum pria itu berkata)
> Pria itu : Wah kebetulan sekali, 1 dolar 11 sen, harga yang tepat untuk membeli keajaiban yang dapat menolong adikmu. Bawalah saya kepada adikmu dan kedua orang tua-mu.

Ternyata Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal. Dan akhirnya operasi itu dilakukannya tanpa biaya dan tidak lama kemudian setelah operasi itu Georgi dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat.

Kedua orang tuanya sangat bahagia mendapatkan keajaiban tersebut. “Operasi itu” bisik ibunya “adalah seperti keajaiban. Saya tidak dapat membayangkan harganya.”

Sally tersenyum, dia tau pasti berapa harga keajaiban tersebut
1 Dollar 11 Sen + “Keyakinan” = “Keajaiban”

Kehangatan

Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamati kura-kura itu dengan penasaran. Kemudian kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk dibawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa.

Sang kakek berkata kepada cucunya, “Cara seperti itu tidak pernah akan berhasil, nak! Mari kakek akan memberitahu caranya.”

Mereka berdua pulang. Dan sang kakek meletakan kura-kura di ruangan yang hangat didekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya perlahan-lahan. Dan kura-kura itu merangkat bergerak mendekati si anak.

Sambil tersenyum sang kakek memberi nasehat, “Janganlah mencoba memaksa melakukan segala sesuatu, nak! Berilah kehangatan dan keramahan kepada yang kau inginkan, maka ia akan menanggapinya.”

Cinta dan Waktu

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggalah berbagai benda-benda abstrak yang terdiri dari perasaan manusia. Ada “Cinta”, “Kesedihan”, “Kekayaan”, “Kegembiraan” dan sebagainya. Mereka hidup secara berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. “Cinta” sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak punya perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki “Cinta”.

Tak lama “Cinta” melihat “Kekayaan” sedang mengayuh perahu.
> Cinta : Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!

> Kekayaan : “Aduh! Maaf “Cinta ”, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahuku ini akan tenggelam karena kelebihan beban, dan juga tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.

Lalu “Kekayaan” cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. “Cinta” sedih sekali, namun kemudian dilihatnya “Kegembiraan” lewat dengan perahunya. “Cinta” berteriak “Kegembiraan! Tolong aku”. Namun “Kegembiraan” terlalu senang karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan “Cinta”.

Air makin tinggi membasahi “Cinta” sampai ke pinggang dan “Cinta” semakin panik. Tak lama lewatlah “Kecantikan”. Cinta berteriak:
> Cinta : “Kecantikan”! Bawalah aku bersamamu!.

> Kecantikan : Wah, “Cinta” kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu pergi. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini.


“Cinta” sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis tersedu-sedu. Saat yang bersamaan datanglah “Kesedihan”.
> Cinta : Oh “Kesedihan”! Bawalah aku bersamamu!

> Kesedihan : Maaf, “Cinta” aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…


Kesedihan terus mengayuh perahunya. “Cinta” putus asa, ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “Cinta!” Mari cepat naik ke perahuku!. “Cinta” menoleh kearah suara itu dan melihat orang tua dengan perahunya. Dengan segera “Cinta” naik perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan “Cinta” dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah “Cinta” sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. “Cinta” segera menanyakanya kepada seorang penduduk di pulau itu.

> Cinta : Bolehkah aku menanyakan seseuatu, apakah kamu kenal dengan orang tua yang tadi menyelamatkan aku dengan perahunya?

> Penduduk pulau: Ooh, orang tua yang tadi. Dia adalah Waktu.

> Cinta : Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku bahkan tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku seperti ”Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan, dan Kesedihan,” enggan menolongku.

> Penduduk Pulau : aku tak heran kenapa hanya dia yang menolongmu. Karena “Hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya arti Cinta itu…”

Mawar untuk Ibu

Ada Seorang Pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang Ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya, ia mengirimkan bunga itu karena sudah setahun lamanya ia tak berjumpa dengan ibunya, ia sangat rindu sekali. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu bertanya kepada gadis kecil :

> Pria : “Adik manis, kenapa kamu menangis tersedu-sedu disini, apa yang kamu sedihkan? Mungkin bapak bisa membantu kamu. ”

> Gadis kecil : “Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya Cuma punya uang Rp.500 saja, kata pemilik toko bunga ini harga bunga mawar Rp.20.000,” tentu saja uangku tak cukup untuk membeli bunga itu untuk ibu.”

Sambil tersenyum pria itu berkata:

> Pria : “Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kamu mau.”

> Gadis kecil : “terima kasih Pak, aku senang sekali, akhirnya aku dapat memberikan setangkai bunga untuk ibu.”

> Pria : “kamu adalah anak yang baik, aku juga akan membelikan bunga untuk ibuku, tapi aku akan memaketkan dan mengirimnya, karena rumah ibuku sangat jauh dari kota ini. Adik kecil, maukah bapak antar kerumahmu? Bapak juga ingin bertemu dengan ibumu”

Gadis kecil itu melonjak gembira.

> Gadis kecil : “Ya tentu saja, aku mau diantar oleh bapak?”


> Pria : “dimana rumah kamu Nak?”

> Gadis kecil : “belok kiri, lalu kita sudah sampai pak? ”

> Pria : “ok, disini tempatnya?”

> Gadis kecil : “iya mari kita turun, sudah sampai pak!”

Dan ternyata tempat yang dimaksud gadis itu adalah pemakaman umum, karena gadis kecil itu baru saja kehilangan seorang ibunya yang meninggal dunia. Lalu ia meletakan bunga mawar itu diatas kuburan ibunya yang masih basah.
Melihat hal ini, hati Pria itu menjadi trenyuh dan berkata pada gadis kecil itu sambil mencium keningnya “terima kasih nak, kamu telah menyadarkanku betapa berharganya seorang ibu bagi anaknya, kamu adalah anak yang baik!”
Kemudian pria itu bergegas kembali menuju toko bunga tadi dan membatalkan pengirimannya. Kemudian ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan menendarai sendiri kendaraaannya sejauh 250 km untuk menuju rumah ibunya lalu memberikan karangan bunga itu dengan tangannya sendiri.

Ikan Kecil dan Air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Dimakah air?”

Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.”

Apa arti cerita tersebut bagi kita. Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya.